HUKUMKRIMINALOPINITNI-POLRI

DPP LPPI : Tudingan Komunisme Menyusup ke TNI, Tudingan Gatot Tendensius dan Tidak Ilmiah

34
×

DPP LPPI : Tudingan Komunisme Menyusup ke TNI, Tudingan Gatot Tendensius dan Tidak Ilmiah

Share this article

DPNTimes,Jakarta-Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Pemuda Pemerhati Indonesia (DPP LPPI) menilai pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang menuding paham komunisme telah menyusup ke dalam tubuh TNI atas hilangnya patung Soeharto dan kawan-kawan yang berada di Markas Kostrad adalah tudingan yang tidak jelas kebenaran ilmiahnya dan bersifat tendensius.

Ketua Umum DPP LPPI Dedi Siregar menilai tudingan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang menyebutkan paham komunisme telah menyusup ke dalam tubuh TNI tersebut lebih megarah tudingan yang tendensius, spekulatif dan tidak terbukti kebenarannya. Pernyataan Gatot Nurmantyo tersebut dapat menimbulkan opini buruk di tengah publik yang nantinya akan berefek pada masyarakat.

“Seharusnya, Gatot Nurmantyo sebagai mantan Panglima TNI menunjukkan sikap narasi yang membangun dan solid di dalam tubuh TNI serta menunjukkan sikap patriotisme,” kata Dedi

Isu komunisme, tambah Dedi, layaknya barang dagangan yang selalu hadir dan menjadi ritual tahunan sehingga hal itu patut dicurigai bermuatan politis yang menguntungkan kelompok atau individu tertentu .

“Masalah komunis itu sudah mati dan biarlah menjadi pembelajaran sejarah dan kita renungi pada 30 september tiap tahunnya. Hal tersebut kita anggap sudah selesai. Oleh karena itu, alangkah baiknya pak Gatot bantu negara yang hari ini sibuk gotong-royong dalam pemulihan dari Covid-19,” ucap dia.

Baca Juga  Polres Nunukan Berhasil Amankan 4,933 Gram Sabu Selama Periode Januari 2024

Dedi Siregar  dan segenap pegurus LPPI juga mengimbau  agar Gatot Nurmantyo menghentikan tindakan yang bisa menimbulkan opini miring dan tendensius terhadap TNI yang hingga saat ini tetap solid. Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat agar tetap waspada terhadap pihak-pihak yang memainkan isu komunisme.

Sebelumnya, Gatot Nurmantyo pernah menyebutkan bukti keberadaan komunis di Indonesia, khususnya di institusi TNI dapat terlihat atas hilangnya sejumlah barang peninggalan sejarah di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad, Jakarta Pusat. Barang-barang tersebut hilang, lanjut Gatot, merupakan barang-barang ada kaitannya dengan peristiwa penumpasan komunisme pada masa Orde Lama.

“Saya mendapatkan informasi walau bagaimanapun saya mantan Pangkostrad baru akhir-akhir ini disampaikan bahwa diorama (miniatur tiga dimensi) yang hilang bukan hanya patung Pak Harto, patung Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution tetapi juga tujuh pahlawan revolusi lainnya hilang, Khusus di ruangan Pak Harto yang  mencerminkan gerakan penumpasan pemberontakan G30SPKI yang dikendalikan oleh Pak Harto pada masanya,” kata Gatot dalam webinar yang berjudul ‘TNI Vs PKI’ pada Minggu (26/09) lalu.

Baca Juga  Kodim 1702/JWY Terima Kunjungan Tim Wasev Pusterad Sekaligus Tinjau Lokasi TMMD ke-115

Dia menyebutkan insiden tersebut telah membuktikan adanya kemungkinan berkembangnya paham komunis di dalam tubuh TNI.

“Maka saya katakan, kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI,” tuturnya.

Sementara itu, Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman membantah pernyataan Gatot Nurmantyo yang menyudutkan pihaknya melupakan sejarah dengan menghilangkan patung-patung tokoh nasional dari museum.

“Foto-foto peristiwa dan barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNI Soeharto saat peristiwa 1965 itu masih tersimpan baik di Museum tersebut,” kata Dudung kepada wartawan, Selasa (28/09).

Menurut Dudung, apa yang diucapkan Gatot tak lebih dari sebuah tuduhan. “Tidak benar tudingan itu. Jangan karena patung diorama tersebut sudah tidak ada lantas diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI. Itu tudingan yang keji terhadap kami,” pungkasnya.

Dudung menjelaskan bahwa hanya patung diorama Soeharto, Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo dan Menteri atau Panglima TNI AD Jenderal A.H. Nasution yang diangkut dari ruangan tersebut.

Hal tersebut dilakukan memenuhi permintaan Pangkostrad ke-34, Letjen TNI (Purn) Azym Yusri Nasution sekaligus pembuat patung-patung tersebut. Dudung menjelaskan bahwa Azym merasa berdosa telah membuat patung tersebut.

“Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) A.Y. Nasution yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut sesuai keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan,” paparnya.

Baca Juga  Warga Perbatasan Serahkan 2 Pucuk Senpi kepada Satgas Pamtas Darat RI-Malaysia Yonif 621/Mtg
Baca Juga

Author

Bagikan ini...

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights