DAERAH

Terhambat Pengiriman, Pengusaha Rula di Nunukan Alami Kerugian

6
×

Terhambat Pengiriman, Pengusaha Rula di Nunukan Alami Kerugian

Share this article

DPNTimes, Nunukan-Sejumlah pengusaha rumput laut (rula) di Nunukan, Kalimantan Utara mengalami kerugian akibat terhambat pengiriman melalui kapal laut baik milik Pelni maupun swasta. Disamping karena terbatasnya volume muatan kapal laut, juga secara tidak langsung diakibatkan kurangnya armada setelah KM. Lambelu dan KM Bukit Siguntang menjalani docking tahunan.

Kendati telah digantikan dengan masuknya Kapal laut roro Pantokkrator dan KM Tidar, namun tidak juga mengurangi tumpukan rula di Nunukan. Akibatnya, rula pengusaha menengah dan kecilpun tidak diangkut menggunakan truk oleh supir untuk dimuat ke kapal laut.

Puncaknya, H Supardi yang telah menunggu antrian selama hamper sebulan menerobos masuk pelabuhan menggunakan dump truk yang ia sewa untuk mengangkut rulanya. Meskipun ia tetap mengikuti prosedur yang ada dengan mengambil nomor antrian melakukan pembongkaran muatan di dalam kapal laut.

Bukan tanpa alasan ia melakukan hal ini. Menurutnya, supir truk pelabuhan lebih memprioritaskan rula milik pengusaha dan mengesampingkan milik pengusaha menengah dan kecil meskipun mereka telah berulang kali diminta untuk mengangkutnya.

“Terpaksa, kami menggunakan jasa sopir dump truk untuk mengangkut rula kami ke kapal agar bisa ikut dimuat. Itupun tetap mengikuti prosedur dengan mengambil nomor antrian,” jelas H Supardi yang lebih dikenal H Suppa.

Sayangnya, kejadian dilapangan berdasarkan tinjauan tim redaksi DPNTimes tidak seperti yang diharapkan. Biasanya, mobil dengan nomor antrian 1 lebih dulu dibongkar muatannya ke kapal namun, dalam hal ini mobil dump truk yang memegang nomor antrian 1 muatannya tetap dibongkar belakangan.

Baca Juga  Bupati Laura Curahkan Apresiasi dan Harapannya di Tahun 2023 Bagi ASN

Hal ini memicu geram H Suppa dan memotong antrian truk kemudian meminta truk lainnya mundur agar dump truk yang memuat rulanya dapat segera masuk dan dibongkar muatannya. Tidak hanya itu, kejadian ini juga sempat memicu adu mulut di antara ia dan sejumlah sopir truk yang tengah melakukan proses pembongkaran muatan dilambung kapal laut KM Thalia.

Atas kejadian ini, Ia menyayangkan keberadaan Asosiasi Pedagang Rumput Laut (APRL) yang tidak menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Menurutnya, yang memiliki wewenang mengatur proses bongkar muat adalah APRL namun hingga munculnya permasalahan ini tidak sekalipun pihak APRL datang menengahi.

Polres Nunukan Turun Tangan

“Saya meminta pemeratan pengiriman rumput laut dijatah secara adil dan merata. Jangan ada monopoli oleh salah satu pengusaha besar,” keluh H Suppa kepada Kapolres dan semua stakeholder yang hadir di sebuah warung kopi tak jauh dari pintu gerbang pelabuhan kapal pada Selasa (21/03).

Ia menegaskan, dirinya tidak memaksakan menambah volume muatan kapal laut khusus rula. Jika kapal laut hanya diizinkan memuat 10.000 karung, maka jumlah itu harus dibagi rata kepada semua pengusaha yang ingin mengirim rula.

Namun, karena tidak jelasnya pengelolaan pengiriman dan supir truk pelabuhan yang seakan lebih memprioritaskan rula pedagang besar, H Suppa, pengusaha menengah dan kecil lainnya tidak dapat melakukan pengiriman.

“Rumput laut saya sudah menunggu tiga minggu lebih. Empat minggu kalau tidak dimuat lagi ini hari. Karena kejadian ini, kami mengalami kerugian. Rula kami beli dengan harga Rp32.000 sedangkan harga jual kami sekarang itu cuma Rp20 ribuan saja,” keluhnya.

Baca Juga  Dukung Indonesia Hijau, Kaltara Turut Lakukan Gerakan Menanam Seribu Pohon Serentak

Ia menegaskan tidak menyalahkan supir truk pelabuhan yang tidak mengakut rula pedagang menengah dan kecil ke kapal laut juga tidak memaksa menambah volume muatan kapal.

“Kami hanya meminta agar pengiriman rula itu tidak dimonopoli oleh pihak tertentu saja sehingga pengusaha menengah dan kecil tidak bias masuk (Mengirim),” tegasnya.

Mendengarkan permasalahan ini, Kapolres Nunukan AKBP Taufik Numandia pun turun tangan menengahi dengan menghadirkan semua pihak yang berkepentingan guna menemukan solusi terbaik sehingga tidak ada lagi pihak yang merasa dirugikan.

Ia menilai permasalahan ini muncul hanya karena kurangnya komunikasi dan belum adanya pengaturan baik oleh Organda maupun APRL sendiri.

“Tadi semua sudah bertemu dan ada kesepakatan. Semuanya akan kebagian dan akan diatur oleh ketua Asosiasi,” jelas Perwira Polisi Menengah melati dua ini.

Ia menambahkan, pihak Pelindo juga siap membantu dengan menambah armada kapal laut yang dapat digunakan untuk mengangkut rula jika masih terjadi penumpukan atau gagal muat karena keterbatasan volume muatan kapal laut yang ada saat ini.

“Asal jelas berapa banyak yang mau dikirim oleh asosiasi, Pelindo siap berkoordinasi dan mengatur berapa volume pengiriman rumput laut sehingga bisa mengakomodir dengan menambah armada kapal laut,” pungkasnya.

Selanjutnya, aka nada pertemuan guna membahas lebih lanjut permasalahan ini yang meilbatkan Pelindo, Syahbandar dan APRL.

Baca Juga  Sekolah Penggerak, SMP 1 Nunukan Gelar Projek Pertama di Rumah Adat Tidung Binusan

“Pihak asosiasi akan mendata ulang jumlah produksi rumput laut, jumlah pengusaha yang akan mengirim. Nanti akan diawasi oleh pihak Polsek KSKP Pelabuhan. Mudah-mudahan tidak ada konflik dan benturan kepentingan lagi sehingga semuanya bisa berjalan lancer” harapnya.

Baca Juga

Author

Bagikan ini...

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights