DPNTimes.com, Tanjung Selor — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Utara (Kaltara) mengalami peningkatan konsisten dalam lima tahun terakhir.
Tren kenaikan ini mengindikasikan adanya perbaikan bertahap pada kualitas hidup masyarakat di provinsi termuda di Indonesia tersebut.
Berdasarkan data BPS periode 2020–2025, IPM Kaltara tumbuh rata-rata 0,84 persen per tahun, dari angka 71,00 pada 2020 menjadi 74,04 pada 2025.
Peningkatan ini mencerminkan perbaikan di tiga komponen utama yang menjadi pilar pembangunan manusia, yaitu kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak.
IPM sendiri menjadi salah satu indikator penting dalam mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat sekaligus menjadi dasar evaluasi pemerintah dalam merumuskan arah pembangunan.
Data tahunan IPM dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai kualitas sumber daya manusia serta efektivitas layanan publik di suatu daerah.
Menanggapi capaian tersebut, Anggota Komisi IV DPRD Kaltara, Rahman, memberikan apresiasi terhadap peningkatan IPM yang dicapai pemerintah daerah.
Menurutnya, tren positif ini menunjukkan bahwa berbagai program pembangunan manusia telah memberikan dampak signifikan.
“Perbaikan IPM menandakan bahwa program-program di bidang pendidikan, kesehatan, dan penguatan ekonomi rumah tangga mulai memberikan dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Legislator Partai Gerindra asal Nunukan itu.
Namun, Rahman menekankan bahwa peningkatan IPM tidak boleh dilihat semata-mata dari persentase kenaikan.
Menurutnya, distribusi pembangunan masih menjadi pekerjaan rumah besar, terutama bagi wilayah yang menghadapi kendala geografis.
“Sebagian daerah kita masih kesulitan mengakses layanan dasar. Pemerataan kualitas pendidikan dan fasilitas kesehatan perlu mendapat perhatian serius, agar ketimpangan antarwilayah dapat ditekan,” tegasnya.
Ia melihat bahwa masyarakat di kawasan terpencil, perbatasan, dan wilayah pedalaman Kaltara masih memerlukan intervensi khusus dari pemerintah.
Program pengembangan sumber daya manusia juga perlu diperluas, terutama bagi kelompok prasejahtera dan masyarakat rentan yang berisiko tertinggal.
“Indikator statistik itu penting, tetapi yang lebih penting adalah sejauh mana masyarakat benar-benar merasakan perubahan di kehidupan sehari-hari. Kita ingin angka IPM beriringan dengan kesejahteraan yang dirasakan langsung,” tuturnya.
Rahman menambahkan bahwa keberlanjutan program pembangunan di sektor dasar akan menjadi kunci agar peningkatan IPM tidak hanya bersifat sementara, melainkan konsisten dari tahun ke tahun.
“Harapan kita, perhatian terhadap kesenjangan akses terus diperkuat supaya seluruh wilayah di Kaltara dapat maju secara seimbang dan berkelanjutan,” pungkasnya.(adv)











